Mari Lebih Dekat Dengan Laser
Sebetulnya, sudah sejak 1897 ide senjata seperti itu ada. Seperti dilansir Live Science, penulis H.G. Wells sudah membayangkan suatu cahaya panas pada novelnya War of the Worlds yang terbit pada 1897. Sejumlah film atau cerita sains fiksi juga menggambarkan ide-ide mereka mengenai senjata laser.
Laser sendiri merupakan singkatan dari light amplification by stimulated emission of radiation. Untuk membuatnya, kamu butuh sebuah medium lasing, yaitu material yang bisa memancarkan cahaya ketika distimulasi dengan energi.
Cahaya itu harus merupakan sebuah panjang gelombang tunggal, dan semua gelombang cahaya harus berada dalam kondisi koheren. Gelombang koheren bisa lebih fokus. Dengan kata lain, gelombang cahaya dalam sinar laser tak menyebar macam senter, ia mengarahkan lebih banyak energinya ke titik kecil.
Lampu pijar juga menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang yang spesifik. Tapi gelombangnya campur aduk. Jadi sulit memfokuskannya dan sedikit energi yang dikirimkan ke benda yang diterangi cahaya itu.
Cahaya laser pertama diciptakan pada 1960-an yang diproduksi pada kristal rubi, yang dipompa dengan cahaya dari lampu senter yang kuat sekali. Sedang laser modern menggunakan gas sebagai medium, bukan kristal. Gas ini menghasilkan panjang gelombang yang berbeda untuk aplikasi yang berbeda. Laser karbondioksida, misalnya, digunakan untuk cahaya inframerah dan dipakai sebagai alat potong.
Laser berbahan kimia juga pernah ditemukan. Tapi seringkali menghasilkan racun dan sulit dikendalikan.
Inovasi besar adalah laser dioda, yang pertama kali didemonstrasikan pada 1960-an dan dimantapkan pada 1970 dengan laser semikonduktor yang bisa bekerja terus menerus pada suhu ruang.
Pada 1966, Charles K. Kao, pemenang nobel fisika pada 2009, menemukan cara memancarkan cahaya pada serat optik, yang artinya laser bisa dipakai untuk berkomunikasi. Dan kemudian dikembangkannya laser dioda murah telah menciptakan produk-produk macam pemutar CD.
Kita sebetulnya bisa bikin laser yang kuat saat itu, tapi terlalu kecil atau terlalu lemah untuk dijadikan senjata, kata Robert Afzal, peneliti laser di Lockheed Martin, salah satu perusahaan pembuat senjata laser untuk militer.
Dengan teknologi serat optik, energi tinggi, kita sekarang bisa membuat laser lebih kuat tapi cukup kecil dipasangkan di kendaraan tempur, katanya lagi.
Senjata laser memang bukan sekadar mengirimkan cahaya melainkan juga bagaimana cahaya itu bisa menimbulkan kerusakan di sasarannya. Supaya bisa menimbulkan efek itu, energinya harus besar. Sebab senjata ditembakkan ke sasaran yang jauh. Senjata laser biasanya memiliki power di atas 10 kilowatt.
Baru-baru ini dipamerkan senjata laser di kapal perang USS Ponce. Kekuatan lasernya 33 kilowatt. Dia mampu menembakkan beberapa sinar dengan kekuatan 100 kilowatt. Pada Januari lalu, angkatan laut AS mengungkapkan rencana menguji yang versi 150 kilowatt dalam setahun.
Laser di USS Ponce ini adalah laser serat optik, pengembangan laser yang dipakai pada teknologi komunikasi kita.
Tapi tahukah kamu, pengembangan senjata laser selalu terkendala masalah sumber energinya. Energi listrik yang dipakai untuk menembakkan senjata laser berkekuatan 30 kilowatt dalam 1 detik itu cukup untuk menyalakan lampu di rumah-rumah. Makanya, di USS Ponce dibangun pembangkit listrik yang memadai untuk kebutuhan itu. Selain itu ada masalah panas yang sontak muncul begitu laser ditembakkan.
Meski ada kendala seperti itu, militer sangat tertarik pada senjata ini sebab laser kan dipancarkan dengan kecepatan cahaya. Sangat cepat dalam menghancurkan sasaran. Berbeda dengan peluru. Laser juga murah, sebab sekali dipasang dan sumber energinya ada, tak perlu lagi membeli amunisi, rudal, dan sebagainya.
- CNNINDONESIA -
Post a Comment