Karena Over Populasi, Kera-Kera Serang Pemukiman Warga
"Itu (kera-kera yang masuk ke permukiman warga dan melakukan penyerangan) namanya kera ekor panjang. Dia melakukan penyerangan itu karena over populasi," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Bambang Dahono Adji saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/8/2017) malam.
Bambang menjelaskan, kera-kera yang masuk ke permukiman warga itu adalah kera yang terusir dari habitatnya. Pasalnya kera-kera itu hidup dalam koloni atau kelompok yang saling bersaing satu sama lain.
"Jadi dia itu ada kloni atau kelompok gitu ya. Dia membentuk koloni, katakanlah 20-25 ekor satu koloni, kemudian ada koloni kedua, ketiga dan seterusnya. Mereka itu saling serang antar koloni, yang kalah minggir keluar dari habitatnya, akhirnya masuk ke permukiman masyarakat," katanya.
Bambang juga menyebut kera-kera yang terpaksa 'mengungsi' ke permukiman warga itu melakukan penyerangan karena faktor kelaparan. Terlempar dari habitat asal, kata Bambang, tentu menjadi beban tersendiri bagi kera-kera tersebut.
"Ya jadi memang ini habitatnya sudah nggak ada, otomatis makanan juga nggak ada. Jadi menyerang warga itu akhirnya," sebutnya.
Selain itu, Bambang juga menyoroti soal populasi kera ekor panjang itu yang menurutnya sulit dikendalikan. Untuk itu, Bambang menegaskan pihaknya akan segera melakukan diskusi bersama para ahli dan pengamat satwa guna mencari solusi terbaik.
"Makanya sekarang kita sedang usahakan untuk melakukan diskusi dengan para ahli, pengamat fatwa untuk mencari solusinya. Apakah nanti kita ambil, dikebiri, lalu dilepas dan kita pindahkan ke tempat yang lain, ini masih kita pikirkan. Ini akan kita cari solusinya," tutur Bambang.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 14 orang terluka akibat amukan kera di Karanggede, Boyolali, Jawa Tengah. Perburuan terhadap kera itupun terus dilakukan karena dianggap menganggu dan sangat meresahkan warga sekitar. Perbakin Magelang pun ikut membantu memburu kera-kera yang meresahkan warga tersebut.
Kepala Desa setempat Sukimin mengatakan kera tersebut masuk ke permukiman penduduk dan menyerang warga yang rumahnya berdekatan dengan hutan. Ia menyebut tak mengetahui asal-muasal dan jumlah kera liar yang sering menyerang warga tersebut. Namun selama ini yang sering muncul menurutnya hanya dua ekor.
Dia juga tidak tahu, mengapa kera liar itu sering menyerang warga. Padahal, makanan di dalam hutan maupun ladang pertanian warga juga banyak.
"Kalau makanan saya kira nggak kurang. Ada jagung, pisang, ketela banyak. Di sini (Desa Sendang) ayam milik warga banyak yang hilang," katanya.
Tak hanya itu, serangan kera ganas di Boyolali itu juga jadi sorotan dunia. Misalnya saja Reuters yang memberitakan serangan kera liar dengan judul 'No Monkeying Around, Indonesia task force vows'. Dalam berita disebut pemerintah telah mengerahkan polisi dan tentara untuk membantu menangkap kera liar itu.
Tak cuma Reuters, media internasional lain yang memberitakan soal serangan kera liar itu seperti Huffington Post, The Straits Times dan South China Morning Post.
- DETIK -
Post a Comment