5 Hal Mengenai Cokelat dan Sejarahnya

5 Hal Mengenai Cokelat dan Sejarahnya
Jakarta - Jika Anda sangat menyukai cokelat serta tidak dapat membayangkan hidup tanpa cokelat, Anda sangatlah beruntung karena tidak terlahir sebelum abad ke-16. 

Sampai saat itu, cokelat hanya ada di Mesoamerika dalam bentuk yang sangat berbeda dari apa yang kita ketahui saat ini. Sampai dengan tahun 1900 SM, orang-orang di wilayah itu telah belajar untuk menyiapkan biji pohon kakao yang memang bearasal dari Amerika Tengah dan Selatan.

A. Awal penggunaan Cokelat

Catatan paling awal memberitahukan kita bahwa biji kakao digiling dan dicampur dengan tepung jagung dan cabai untuk membuat minuman. Tentunya penyajian tersebut bukanlah secangkir cokelat panas yang menenangkan, tetapi ramuan yang pahit sekali namun terasa menyegarkan serta berbuih busa (ꦔꦸꦤ꧀ꦛꦸꦏ꧀ ). Pohonnya disebut kakao (cacao), bijinya yang telah di fermentasikan serta diolah dengan di panaskan di sebut kokoa (cocoa), dan produk terkenalnya ialah cokelat (chocolate).

B. Cokelat dalam masyarakat Aztec

Dan jika Anda kita telah menganggap bahwa cokelat merupakan sesuatu makanan yang penting saat ini, masyarakat Mesoamerika malah mengganggap cokelat sebagai sesuatu yang sangat jauh lebih penting lagi. 

Mereka mempercayai bahwa kakao adalah makanan surgawi yang dikaruniakan kepada manusia oleh dewa ular berbulu, yang dikenal oleh Maya sebagai Kukulkan dan Aztec sebagai Quetzalcoatl. Pronunciation atau pengucapan “cokelat” kurang lebih sama dengan pengucapan masyararakat Aztec pada zaman dahulu yaitu: xocolātl, yang merupakan bahasa Nahuatl. Beberapa bahasa Nahuatl yang dibawa masyarakat Eropa antara lain : tomat, avocado, kakao, chili (cabe), dll.

Aztec menggunakan biji kakao sebagai mata uang dan meminum cokelat pada saat pesta kerajaan, memberikannya kepada tentara sebagai hadiah untuk kesuksesan dalam pertempuran, dan menggunakannya dalam ritual. Pertemuan cokelat lintas samudera atlantik pertama terjadi pada tahun 1519, ketika Hernán Cortés mengunjungi istana Moctezuma di Tenochtitlan.

C. Cokelat menuju Eropa

Seperti yang dicatat oleh letnan Cortés, raja Moctezuma memiliki 50 kendi minuman yang dibawa keluar dan dituangkan ke dalam cangkir emas. Ketika kolonis kembali dengan pengiriman biji baru yang aneh, catatan misionaris yang kurang tepat tentang kebiasaan aztec memberi reputasi cokelat sebagai penggugah semangat (gairah). 

Pada awalnya, rasanya yang pahit membuatnya cocok sebagai obat penyakit seperti sakit perut, tapi mempermanisnya dengan madu, gula, atau vanila dengan cepat membuat cokelat menjadi makanan lezat yang populer di istana Spanyol.

Dan selanjutnya, tidak ada rumah bangsawan yang lengkap tanpa adanya gudang khusus untuk cokelat. Minuman yang sedang nge-trend tersebut sangatlah sulit dan memakan waktu untuk diproduksi dalam skala besar. 

Produksi cokelat saat itu melibatkan penggunakan perkebunan dan tenaga kerja paksa impor di Karibia dan di pulau-pulau di lepas pantai Afrika. Membudidayakan kakao adalah pekerjaan secara manual yang keras dan sangat intensif, karena merawat dan memanen biji kakao memerlukan perhatian yang teliti dan berkelanjutan.

D. Pengolahan Cokelat secara Modern

Dunia cokelat mulai berubah selamanya pada tahun 1828 dengan pengenalan alat tekan kakao oleh Coenraad van Houten dari Amsterdam. Penemuan Van Houten dapat memisahkan lemak alami kakao, atau biasa disebut dengan mentega cocoa.

Teknik Ini menyisakan bubuk yang bisa dicampurkan ke dalam larutan minuman atau digabungkan dengan mentega cocoa untuk membuat cokelat padat yang kita kenal sekarang.

Tidak lama setelah itu, seorang chocolatier asal Swiss bernama Daniel Peter menambahkan susu bubuk ke dalam campuran, sehingga menciptakan coklat susu. 

Pada abad ke-20, cokelat tidak lagi merupakan kemewahan kalangan atas namun telah menjadi kudapan bagi masyarakat umum. Memenuhi permintaan besar tentu diperlukan lebih budidaya kakao, yang hanya dapat tumbuh di dekat khatulistiwa.

E. Pekerja perkebunan Cokelat

Saat ini, bukannya pekerja paksa asal Afrika yang dikirim ke perkebunan kakao di Amerika Selatan, namun produksi kakao itu sendiri sedang bergeser ke Afrika Barat dengan Cote d’Ivoire (Pantai Gading) menyediakan dua-perlima dari kakao dunia pada 2015. Namun seiring dengan pertumbuhan industri kakao, terdapat indikasi pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan di Cote d’Ivoire. 

Banyak dari perkebunan di Afrika Barat, yang mayoritas memasok perusahaan Barat menggunakan pekerja paksa dan pekerja anak dengan estimasi lebih dari 2 juta anak-anak yang terkena dampak. 70% biji kakao dunia berasal dari empat negara Afrika Barat: Pantai Gading, Ghana, Nigeria dan Kamerun.

Hal Ini adalah masalah kompleks yang terus berlanjut meskipun ada upaya dari perusahaan coklat besar untuk bermitra dengan negara-negara Afrika dalam mengurangi praktik perburuhan anak dan praktik kerja yang tidak sah. Saat ini, coklat telah memantapkan dirinya dalam ritual budaya modern kita. 

Dengan asosiasi kolonial terhadap budaya asli, dikombinasikan dengan kekuatan periklanan, coklat mempertahankan sesuatu aura yang sensual, berkemewahan, menyenangkan dan juga dilarang.

Namun, mengetahui lebih banyak tentang sejarahnya yang mempesona dan kadang tidak selalu menyenangkan, serta bagaimana produksinya saat ini, memberi tahu kita di mana keterikatan ini berasal dan apa yang tersembunyikan secara umum. Jadi saat Anda membuka kemasan cokelat Anda berikutnya, luangkan waktu untuk mempertimbangkan bahwa tidak semua hal tentang cokelat itu manis.


-  LAMPUKECIL  -



Sign out
Baca Juga ×
Diberdayakan oleh Blogger.