Cerita Guntur Meraih Tiga Medali Emas Cabang Renang Dengan Menggunakan Satu Tangan
Guntur lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 12 Oktober 1983. Ketika dilahirkan, seluruh kondisi fisiknya tak ada yang berbeda dengan manusia lainnya. Babak baru dalam kehidupan Guntur akhirnya terjadi pada tahun 2000. Cerita bermula ketika Guntur yang berusia 17 tahun itu melanjutkan tradisi keluarga sebagai nelayan.
Namun, pilihan pekerjaan tersebut akhirnya membuat Guntur harus kehilangan tangan kirinya ketika melaut. Tangan kirinya hancur dalam kecelakaan karena tergiling mesin kapal nelayan.
Kondisi tersebut sempat membuat Guntur terpuruk. Namun, Guntur sadar keterpurukan hanya akan menambah penderitaan dan kesedihannya saja. Guntur akhirnya perlahan mulai bangkit dan bersiap untuk melanjutkan hidup. Memiliki keterampilan dalam hal berenang, Guntur memanfaatkan hal tersebut sebagai peluang.
Meskipun memiliki satu tangan, hal itu bukan menjadi batasan baginya. Bahkan, Guntur remaja sempat terkaget karena kayuhan satu tangan yang dimilikinya justru membuatnya lebih cepat ketika berenang.
"Saya awalnya juga tidak percaya, kok dengan tangan satu malah saya lebih cepat berenang. Inilah yang membuat saya termotivasi untuk terus latihan ingin menunjukkan pada semua orang, bahwa kekurangan juga bisa berprestasi, kekurangan bisa menembus keberhasilan," kenang Guntur.
Hal itulah kini yang justru menjadi kebanggaan Guntur. Takdir Tuhan yang awalnya dihujat olehnya akhirnya perlahan-lahan mulai disyukuri. Berkat kondisinya yang terbatas, nyatanya Guntur masih bisa memiliki sesuatu yang dibanggakan dalam hidup.
Guntur berhasil memecahkan rekor atas namanya sendiri di ASEAN Para Games 2017. Guntur mencatatkan waktu 01:20.53 detik pada pertandingan renang 100 meter gaya dada SB8 yang berlangsung di National Aquatic Centre, Bukit Jalil Sports City, Selasa (19/9/2017).
Catatan tersebut lebih cepat dari rekor yang pernah diraihnya di ASEAN Para Games 2015 Singapura. Ketika itu, Guntur memecahkan rekor dengan catatan waktu 1:22.10 detik.
Tak cukup sampai situ, Guntur juga memecahkan rekor lain di ASEAN Para Games 2017. Ketika tampil di nomor 50 meter gaya dada SB8 putra, Guntur mematahkan rekor sebelumnya yang diciptakan oleh perenang Vietnam, Nguyen Quang Vuong yang tercipta pada tahun 2011 di Solo. Guntur mencatatkan waktu 36,78 detik, sedangkan rekor sebelumnya adalah 37,33 detik.
Selain itu, ketika tampil di nomor estafet 4x100 meter gaya bebas putra, ada campur tangan Guntur saat Indonesia meraih medali emas bersama Jendi Panggabean, Musa Mandan Karuba dan Suriansyah.
"Ini maha karya Tuhan. Saya mungkin tak berada di sini jika kondisi fisik saya utuh," kata Guntur dalam rilis yang diterima Bola.com. Sudah memiliki tiga rekor yang dipecahkan atas namanya tak lantas membuat Guntur berpuas diri. Pria yang kini berusia 34 tahun itu mengaku masih ingin terus berprestasi di dunia olahraga.
"Saya tampil lima nomor di ASEAN Para Games 2017. Masih ada 50 meter gaya bebas dan estafet 4x100 meter gaya ganti. Saya masih lapar kemenangan, bertekad mengambil dua emas lagi," tegas Guntur.
- BOLA -
Post a Comment