Untuk Hindari Bullying, 40 Paskibra di Kabupaten Cianjur Gagal Kibarkan Bendera
Pemerintah Kabupaten Cianjur bakal melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah asal mereka. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan mereka dari bullying teman-temannya di sekolah.
Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, pihaknya bakal menugaskan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) serta Dinas Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) untuk melakukan pembinaan dan pengarahan pada siswa serta setiap sekolah di Pagelaran.
”Pastinya Pemkab akan beri dukungan pada mereka. Sebab bukan kesalahan mereka seutuhnya. Mereka kan sudah berusaha. Yang perlu dilakukan sekarang ini, bagaimana mengembalikan semangat mereka,” kata Herman kepada Jabar Ekspres (Jawa Pos Group), kemarin (18/8).
Camat Pagelaran Tatang Besar mengatakan, pihaknya bersama unsur Muspika, mulai dari Polsek, Koramil, dan lainnya bakal melakukan pembinaan ke masing-masing sekolah. Para siswa akan dijelaskan kejadian tersebut supaya tidak terjadi bullying para anggota Paskibra tersebut.
”Memang yang perlu diantisipasi itu bullying, jangan sampai mereka jadi minder saat di sekolah karena kejadian tersebut. Rencananya hari ini (kemarin, Red) mau dikumpulkan lagi, tapi pihak sekolah meminta Senin supaya seluruh siswa hadir,” ucapnya saat ditemui di kantornya.
”Dan cukup penting untuk tetap menyemangati calon pengibar bendera lain agar bisa mengemban amanah mengibarkan bendera,” sambungnya.
Menurutnya, untuk para anggota paskirba Pagelaran khususnya 12 anggota yang pingsan sudah mendapatkan pengarahan dan pembinaan. Bahkan meski dalam kondisi tertekan, pada sore harinya mereka melakukan penurunan bendera.
”Meski gagal, mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik saat menurunkan bendera,” kata dia.
Dia menegaskan, kejadian itu merupakan di luar perkiraan, sebab sesaat sebelumnya seluruh hal sudah diperiksa dan dicoba. ”Tapi ini akan jadi evaluasi supaya ke depan tidak terulang," tuturnya.
Sementara itu, dr Michael yang menangani para anggota Paskibra Pagelaran mengatakan, mereka hanya mengalami syok dan kecewa lantaran latihan yang panjang harus terkendala oleh masalah nonteknis.
”Hanya syok ringan, tidak parah. Setelah satu atau dua jam perawatan sudah bisa kembali pulang,” ujar Dokter Umum di RSUD Pagelaran itu.
Dia menjelaskan, para anggota Paskibra itu tidak harus menjalani terapi medis. Namun tetap mesti diberikan terapi wicara oleh orangtua, guru, dan lingkungannya.
Jika tidak diberi terapi wicara atau konseling, dampak ke depan bagi mereka bisa buruk. Kemungkinan mereka bisa mengidap social phobia: takut akan lingkungan sekitarnya dan takut untuk melakukan sesuatu atas kegagalan yang sempat terjadi.
”Pastinya kalau tidak ada pembinaan, konsultasi, dan semacamnya mereka akan anti sosial, takut melakukan sesuatu sebab khawatir akan terjadi kegagalan lagi. Itu yang perlu diantisipasi,” urainya.
- JAWAPOS -
Post a Comment