Siswi Kelas 1 SD Raih Juara Catur Tingkat Nasional
Suasana SD Negeri Sukabumi 2, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Senin (31/7) pagi itu penuh dengan pekik riang suara anak-anak. Mereka berjubel di salah satu sudut halaman sekolah di di sisi barat.
Sinar matahari yang makin panas, tidak mengurangi keinginan mereka untuk menyaksikan temannya, Karania Ekayana Rafizah Semesta, 7, bermain catur. Bukan dengan sembarang orang. Pagi itu, siswi kelas 1 itu ditantang bermain catur oleh Kapolres Probolinggo Kota AKBP Alfian Nurrizal.
Dengan sigap, sekolah pun menyiapkan sebuah meja di halaman sekolah. Dua kursi ditata berhadap-hadapan, lengkap dengan sebuah papan catur di atas meja.
Di dua kursi itu, Tata (panggilan Karania Ekayana Rafizah Semesta) dan Kapolresta, serius memainkan bidak catur mereka. Mulai pukul 07.00, permainan catur itu selesai sekitar pukul 07.20, dalam satu kali permainan. Hasilnya, Tata memenangkan lomba catur ‘dadakan’ itu.
Kapolresta sendiri sengaja menantang Tata, sebagai bentuk apresiasi atas prestasi gadis cilik itu, baru-baru ini. Dia berhasil meraih juara III dalam Kejuaraan Nasional Catur ke-46 di Bogor. Pada kejuaraan yang berlangsung tanggal 16-22 Juli 2017 itu, Tata bertanding di kategori Junior G Putri (U-7).
Tantangan itu disampaikan beberapa hari sebelumnya. “Saya sengaja mengalah sih. Tapi, permainannya sebagai siswi SD lumayan. Hanya kurang berani saja mengambil strategi. Kalau lebih berani, dia bisa menang itu,” puji Kapolresta pada Tata sambil tertawa.
Tata sendiri mulai belajar bermain catur sejak usia 3 tahun. Ayahnya Moch Yanto, yang menanamkan kecintaan pada olahraga ini sejak Tata masih balita. Dia pula yang mengajari Tata bermain catur. Maklum, warga Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo itu adalah seorang pelatih catur di kota.
“Saya sudah belajar catur waktu umur tiga tahun. Ayah saya yang mengajarkan catur,” tutur Tata pelan tentang aktivitasnya bermain catur.
Cara Yanto (panggilan Moch. Yanto) mengenalkan catur pada Tata pun tidak dengan memaksa. Awalnya Yanto hanya memberikan papan dan bidak catur itu pada Tata. Sebagai balita, Tata pun menjadikannya sebagai alat bermain.
“Kadang dilempar, kadang dibuang begitu saja sampai banyak yang hilang. Saya biarkan saja. Karena niatnya hanya mengenalkan,” tutur Yanto saat ditemui koran ini di SD Negeri Sukabumi 2.
Saat Tata berusia empat tahun, Yanto mulai mengenalkan nama semua bidak catur yang ada. Seperti kuda, king, queen, dan prajurit.
“Di usia empat tahun itu, saya belum mengajarkan dia cara bermain catur. Cuma mengenalkan jenis bidak-bidak catur,” ujarnya.
Baru pada saat usia 5 tahun, Tata dikenalkan pada permainan catur. Seperti cara jalan masing-masing bidak, serta strategi bermain catur.
“Itu pun saya tidak memaksa dia untuk terus bermain. Kadang main catur juga ditinggalkan begitu saja. Namanya juga masih anak-anak,” jelasnya.
Menginjak usia 6 tahun, Tata mulai mengikuti pertandingan catur. Saat itu, Tata meraih juara III dalam lomba catur tingkat Jawa Timur di Kota Malang.
Melihat prestasi Tata, Yanto akhirnya berusaha untuk terus mengasah kemampuan Tata. Termasuk, saat memilih SD Negeri Sukabumi 2 menjadi tempat belajarnya. Pilihan Tata bersekolah di sini, juga tak lepas dari kecintaanya pada catur.
“Saya ajak dia ke sini (SD Negeri Sukabumi 2, Red). Karena di sini ada ekstrakurikuler bermain catur. Dia ketemu dengan Pak Pramono (guru pembina catur). Saya ceritakan juga kalau di sini ada game resparoti match (bermain catur, Red). Jadi dia pilih sekolah di sini,” lanjutnya.
Saat akan bermain catur dengan Kapolresta pun, Tata sudah menyiapkan sehari sebelumnya. Persiapannya strategi seperti apa yang dilakukan saat bermain nanti. Termasuk kemungkinan-kemungkinan pola permainan yang dilakukan Kapolresta juga disiapkan sehari sebelumnya.
- JAWAPOS -
Post a Comment